Selasa, 12 April 2011

Ketika Berbeda Menjadi Sebuah Tanya

Tampaknya Hanung kembali mengambil tema spiritual serupa “Sang Pencerah” namun dengan pendekatan berbeda.

Saya senantiasa memberikan apresiasi positif pada film-film karya sutradara potensial seperti Hanung Bramantyo. Tahun lalu, setelah mengagumi rangkaian cerita dan sinematografi “Sang Pencerah”, saya memantapkan hati untuk menonton karya Hanung berikutnya berjudul singkat: “?”.

Tampaknya Hanung, sutradara terbaik FFI 2010, kembali mengambil tema spiritual serupa “Sang Pencerah” namun dengan pendekatan berbeda. Kali ini, “?” mengangkat fenomena perbedaan kepercayaan di masyarakat yang kerap memicu konflik dalam berbagai strata sosial. Tema ini mungkin relatif “basi”, namun Hanung menggarapnya secara cermat, indah, dan renyah dalam film berdurasi 100 menit ini.

Film ini menampilkan tiga alur cerita yang berbeda namun saling terkait. Yang pertama, kita diperkenalkan pada pasangan Soleh (Reza Rahardian) dan Menuk (Revalina Temat). Soleh seorang pengangguran dengan obsesi tinggi, sedangkan Menuk karyawan restoran Cina. Konflik tajam senantiasa terjadi pada pasangan ini terutama karena status Soleh yang pengangguran dan belum bisa menopang ekonomi keluarga.

Yang kedua, ada sosok Rika (Endhita) dan anaknya Abi (Baim). Rika adalah seorang janda yang sehari-hari bekerja mengelola toko buku warisan usaha keluarga. Dia mendapat banyak hujatan dari masyarakat setelah memilih mempelajari lebih dalam agama Katolik. Sementara Abi dimintanya memperdalam agama Islam di sebuah masjid dekat rumah.

Surya (Agus Kuncoro) — seorang lelaki yang punya impian besar jadi bintang film sukses — berusaha menarik hati Rika untuk jadi kekasihnya. Meski seorang muslim, Surya berhasil mendapatkan peran sebagai Yesus dalam sebuah pementasan drama Paskah di gereja.
Saya begitu terhanyut dan terharu menyaksikan film ini. Sinematografi film ini, yang menampilkan gambar-gambar memukau, membuat para penonton ikut larut dalam alur ceritanya.


Cerita berikutnya adalah tentang pemilik restoran Cina tempat Menuk bekerja, yakni Tan Kat Sun (Hengky Sulaiman) serta istrinya Lim Giok Lie (Edmay). Dibantu oleh anak mereka Hendra (Rio Dewanto), restoran ini menyediakan menu khas Cina. Didasari semangat toleransi yang tinggi, Tan Kat Sun memutuskan memakai alat masak yang terpisah ketika menyiapkan makanan bagi para pengunjung yang beragama Islam. Sayangnya, Hendra punya visi dan perspektif bisnis yang berbeda dengan sang ayah.

Hanung menuturkan konflik yang berkelindan rumit dalam ketiga alur kisah ini dengan bersahaja dan mengalir lancar. Didukung tata musik memukau oleh Tya Subiakto (dan lagu tema dari Sheila on 7), film “?” menggali lebih dalam sisi-sisi manusiawi yang penuh misteri, toleransi beragama yang terkoyak, serta kesetiaan dan perjuangan mempertahankan keyakinan.

Saya begitu terhanyut dan terharu menyaksikan film ini. Sinematografi film ini, yang menampilkan gambar-gambar memukau, membuat para penonton ikut larut dalam alur ceritanya.

Penampilan Agus Kuncoro, Revalina Temat dan Reza Rahardian sangat memukau. Parade akting yang ditampilkan aktor dan aktris kawakan Indonesia di film ini begitu menonjol dan menggugah. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka menunjukkan intensitas emosi yang dalam. Mungkin pengalaman mereka, ketika bekerjasama dengan Hanung dalam beberapa film sebelumnya, membuat mereka memahami seperti apa sesungguhnya karakter yang diinginkan Hanung. Sayang, Endhita dan Rio Dewanto terlihat kurang maksimal mengeksplorasi peran mereka.

Terlepas dari itu, film ini menyisakan impresi mendalam buat saya; bagaimana membangun harmoni, kerukunan dan kedamaian dalam beragam lanskap perbedaan. Sebuah hal yang relatif langka dan cukup mahal kita temukan di negeri ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More