Rabu, 12 Januari 2011

Indahnya Berbagi - Social Life

Kulit Yanti Melepuh Setelah Diimunisasi DPT


REPUBLIKA.CO.ID,MAJALENGKA--Yanti Septianti, bayi berusia tiga bulan, kelutnya melepuh setelah mendapatkan imunisasi DPT di pos pelayanan terpadu (Posyandu) di desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka.   Ibu kandung korban, Siti Aisyah (32), menuturkan, sebelum diimunisasi, anaknya dalam kondisi sehat. Karena itu, tanpa ragu, dia pun membawa anaknya ke posyandu di desanya untuk mendapat imunisasi. ‘’Yang saya tahu, imunisasi akan membuat anak menjadi sehat,’’ kata Siti Aisyah, saat ditemui sedang menjaga Yanti di RSUD Majalengka, Selasa (11/1).
Namun, lanjut Siti Aisyah, setelah pulang dari posyandu, Yanti mengalami gatal-gatal pada kulit bagian sekitar leher. Setelah itu, dua hari kemudian, badan Yanti mengalami panas tinggi dan diikuti dengan kulit yang melepuh pada sekujur tubuhnya. ‘’Yanti menjadi sangat rewel dan menangis terus,’’ tutur Siti Aisyah. Siti Aisyah pun langsung membawa anaknya ke RSUD Majalengka.   Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Gandana Purwana, saat dimintai tanggapannya, menjelaskan, imunisasi terkadang memberikan reaksi pada tubuh bayi. Dia menduga, tubuh Yanti tidak kuat menerima vaksi imunisasi yang dimasukkan dalam tubuhnya.‘’Daya tahan tubuh bayi memang berbeda-beda saat menerima imunisasi,’’ tutur Gandana.
Gandana mengatakan, biaya pengobatan terhadap Yanti akan sepenuhnya dibiayai oleh dana jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas). Pasalnya, orang tua Yanti memang masuk dalam daftar penerima jamkesmas.

Kelainan Genetik Sebabkan Bocah Perempuan di Bandung Berkelamin Ganda

 

Kelainan Genetik Sebabkan Bocah Perempuan di Bandung Berkelamin Ganda
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Seorang bocah perempuan berumur lima tahun, yakni Ina, warga Jalan Gunung Puntang Kampung Pasirhuni RT 03 RW 06 Desa Pasirhuni Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung, memiliki kelamin ganda (hermaprodit). Anak pasangan Damin dan Rani Marlinda ini, diketahui memiliki kelamin ganda pada umur empat tahun.
Mengetahui anaknya memiliki kelainan,  kedua orang tua Ina langsung membawanya ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan. "Dia baru tiga bulan terakhir ini menjalani pengobatan ke rumah sakit. Awalnya menggunakan biaya sendiri namun saat ini kami sedang mengusahakan untuk membuat Surat Keterangan Tidak Mampu untuk pengobatannya," ujar Kepala Desa Pasirhuni, Agus Suparman.
Sementara itu, Pakar Ginekologi dr Hanny Ronosulistyo SpOG, menyatakan, penyebab dari kelamin ganda yang diderita oleh Ina ialah karena kelainan genetik. "Saya memperkirakan ada yang salah dengan kromosom pembentuk seksualitasnya atau tidak sempurna. Dan ini bisa didiagnosa melalui tes kromosom," ujarnya.
Ia mengatakan, pada akhirnya kedua jenis kelamin pada Ina tidak akan sempurna baik secara bentuk maupun fungsi. "Nantinya kedua kelamin tersebut akan tidak sempurna tumbuhnya. Maka wajar kalau saat dewasa nanti dia tidak bisa memberikan keturunan karena sistem reproduksinya juga tidak sempurna," katanya.
Pihaknya juga mengimbau agar keluarga juga bisa bersifat netral atau tidak memaksakan dalam penentuan jenis kelamin si anak tersebut. "Saya harap keluarga tidak menekan ke si anak. Jangan sampai karena saat ini dia berkelakuan seperti laki-laki maka dipaksakan untuk jadi laki-laki ketika ia besar. Biarkan saja si anak yang menentukan," ujar mantan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More